TALENT MANAGEMENT: Kompetensi Tinggi dan Kerja Tim Adalah Kunci


Oleh: Yuni Kurniawati - 221010501832

Sebagai mahasiswa, saya sering melihat fenomena menarik saat kerja kelompok di kelas. Ada teman yang secara individu jenius dalam akademik, tapi ketika harus kerja bareng tim, justru kewalahan. Sebaliknya, ada yang mungkin prestasi akademiknya biasa saja, namun piawai berkolaborasi hingga suasana kelompok jadi kompak dan produktif. 

Hal ini membuat saya merenung di dunia kerja nanti, mana yang lebih penting kemampuan individu yang hebat, atau kemampuan kerja sama tim? Kenyataannya, seperti pernyataan yang sedang dibahas, perusahaan butuh keduanya. 

Ibarat pepatah modern, "tidak ada Superman, yang ada super team" artinya, kita memerlukan orang-orang dengan kompetensi tinggi sekaligus mampu bekerja harmonis dalam tim untuk mencapai sasaran organisasi. Saya akan berbagi pandangan saya tentang hal ini secara santai ala blog mahasiswa, lengkap dengan beberapa teori dan referensi relevan dari bidang Talent Management yang memperkuat argumen.

Pentingnya Kompetensi Individu

Pertama-tama, jelas bahwa kompetensi perorangan yang tinggi adalah modal utama setiap karyawan. Dalam konteks manajemen SDM, kompetensi biasanya mencakup kombinasi pengetahuan, keterampilan, dan atribut personal yang memungkinkan seseorang melakukan tugasnya dengan efektif. Menurut teori kompetensi Spencer & Spencer (1993) misalnya, kompetensi individu meliputi hard skills (seperti pengetahuan teknis dan kemampuan praktis) dan karakteristik mendasar seperti sifat, nilai, atau motivasi pribadi. 

Karyawan yang kompeten secara teknis cenderung bisa menyelesaikan pekerjaan dengan profesional dan berkualitas. Mereka cepat memahami masalah, mampu mencari solusi kreatif, dan adaptif terhadap perubahan. Tak heran jika karyawan dengan kompetensi tinggi biasanya produktif dan mampu memberikan kontribusi nyata pada kinerja perusahaan. Secara sederhana, tanpa kompetensi individu yang mumpuni, target organisasi akan sulit tercapai karena tiap orang mungkin kesulitan memenuhi standar pekerjaannya. Performa individu yang unggul ibarat fondasi kokoh bagi bangunan perusahaan.

Kerja Tim Tidak Kalah Vital

Namun, kompetensi tinggi saja tidaklah cukup. Di era modern, hampir semua pekerjaan di kantor melibatkan kolaborasi dalam suatu tim. Jika ada satu orang hebat tapi tidak bisa bekerjasama, kinerja kelompok bisa berantakan. Saya teringat pengalaman magang saya di mana seorang senior programmer sangat ahli coding tapi ogah berkoordinasi dengan tim, alhasil proyek molor karena miskomunikasi dan konflik kecil. Kemampuan bekerjasama dalam tim adalah soft skill krusial yang melengkapi hard skill tadi. Bahkan sebuah artikel menyebutkan bahwa di dunia kerja yang semakin kompleks, keterampilan teknis saja tidak cukup untuk menjamin kesuksesan karyawan. Soft skills seperti komunikasi, kerja sama tim, dan kepemimpinan justru makin penting dalam proses rekrutmen modern. 

Kerja tim yang efektif memungkinkan pembagian tugas sesuai keahlian masing-masing, saling dukung, dan saling melengkapi kekurangan. Dengan kolaborasi, beban kerja terasa lebih ringan dan tujuan dapat dicapai lebih efisien. Intinya, teamwork adalah kunci agar kemampuan hebat tiap individu bisa terpakai maksimal ke arah tujuan bersama. Tanpa teamwork, bahkan orang-orang pintar sekalipun bisa jalan sendiri-sendiri tanpa arah jelas.

Sinergi: 1+1 > 2

Ada konsep menarik dalam manajemen tim yaitu sinergi, di mana kontribusi kolektif tim bisa melebihi jumlah kemampuan individual anggotanya. Jika setiap anggota punya kompetensi tinggi dan pandai berkolaborasi, hasil kerja tim bisa spektakuler. Bayangkan saja tim basket: punya pemain berbakat itu penting, tapi kalau mereka nggak kompak main sebagai tim, mustahil juara. Begitu pula di perusahaan, kombinasi skill hebat plus teamwork menghasilkan efek 1+1 = 3, alias hasil yang jauh lebih besar dari kerja individu terpisah. Riset pun mendukung hal ini. 

Survei Job Outlook 2025 dari NACE (National Association of Colleges & Employers) menunjukkan bahwa kemampuan bekerja dalam tim termasuk atribut teratas yang dicari perusahaan dalam merekrut karyawan baru. Meski performa individual itu penting, faktanya sebagian besar proyek dan target perusahaan hanya bisa tercapai lewat kerja sama. Tim yang solid akan saling mengisi: anggota yang satu menutupi kelemahan anggota lain, berbagi pengetahuan, dan bersama-sama menemukan ide inovatif. Dengan kolaborasi yang baik, masalah kompleks pun lebih mudah diatasi karena ada banyak kepala dan tangan yang bekerja kompak. Inilah alasan mengapa perusahaan sangat menghargai kandidat yang punya jiwa teamwork tinggi selain kecakapan teknisnya.

Soft Skills dalam Rekrutmen Modern

Tren rekrutmen masa kini di bidang Talent Management memang menekankan keseimbangan antara hard skills dan soft skills. Hard skills seperti gelar pendidikan, sertifikasi, atau kemampuan teknis tertentu biasanya diperlukan agar seseorang dapat menjalankan tugas fungsionalnya. Namun, soft skills menentukan bagaimana orang tersebut bekerja dan berinteraksi dengan orang lain. Banyak HR modern berpegang pada prinsip “Hire character, train skill”, yang artinya sikap dan kemampuan berkolaborasi sering diprioritaskan karena keterampilan teknis masih bisa dilatih kemudian. Menariknya, sebuah artikel Harvard Business Review tahun 2025 mengungkap bahwa kemampuan-kemampuan fundamental seperti kolaborasi dan adaptabilitas justru mungkin lebih penting bagi individu maupun perusahaan ketimbang sekadar pengetahuan teknis yang spesifik. 

Ini menunjukkan perubahan mindset: 

perusahaan kini mencari orang yang well-rounded. Selain mampu mengerjakan tugasnya, ia juga harus bisa kerja bareng dengan berbagai tipe orang, komunikasi lancar, berpikir kritis, hingga cepat menyesuaikan diri dengan dinamika organisasi. Kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama lintas divisi, misalnya, jadi penentu keberhasilan banyak proyek. Hal ini sejalan dengan pendapat para pakar bahwa perusahaan membutuhkan kompetensi perilaku (soft skills) selain kompetensi teknis, karena keduanya vital bagi jalannya roda perusahaan. Dengan kata lain, karyawan ideal di era sekarang bukan hanya si “jagoan” individu, tapi juga team player ulung.

Mengembangkan Keduanya Secara Seimbang

Lalu, bagaimana perusahaan memastikan karyawannya punya dua aspek penting ini? Biasanya, manajemen talent akan mendorong pengembangan kompetensi individu sekaligus kemampuan teamwork melalui berbagai cara. Misalnya, program pelatihan (training) tidak hanya fokus ke peningkatan keahlian teknis, tapi juga pelatihan soft skill seperti komunikasi efektif, leadership, manajemen konflik, dsb. Budaya kerja di organisasi pun berperan perusahaan sukses sering kali memiliki budaya kolaboratif di mana kerja tim dihargai. 

Contohnya, ada perusahaan yang menerapkan sistem buddy atau mentor, cross-department projects, hingga kegiatan team building rutin agar karyawan terlatih bekerja sama dan saling percaya. Dari sisi penilaian kinerja, sekarang banyak tempat kerja yang menyeimbangkan penilaian individu dan tim. Artinya, selain mengevaluasi pencapaian personal, kontribusi seseorang dalam tim juga dinilai. Pendekatan ini mendorong karyawan untuk gak cuma unjuk gigi sendiri, tapi juga aktif membantu rekan satu tim mencapai target bersama. Secara pribadi, saya pernah mendengar dosen saya (yang juga seorang konsultan HR) bercerita bahwa dalam banyak kasus, kolaborasi yang baik dapat mengangkat kinerja rata-rata tim lebih tinggi daripada mengandalkan satu-dua “bintang” saja. Jadi, perusahaan harus menciptakan lingkungan di mana orang-orang berbakat bisa bersinar bersama, bukan bersaing secara destruktif.

Kesimpulan

Sebagai penutup, menurut pandangan saya kompetensi individu yang tinggi dan kemampuan kerja sama tim bukanlah dua hal yang bisa dipilih salah satu, keduanya adalah paket lengkap yang wajib dimiliki karyawan untuk mencapai sasaran organisasi. Ibarat dua sisi mata uang, keduanya saling melengkapi: kompetensi memastikan setiap tugas dapat dijalankan dengan benar, sementara teamwork memastikan semua upaya individu menyatu menuju visi yang sama. 

Tanpa kompetensi, tim mungkin kompak tapi tidak produktif. Sebaliknya, tanpa teamwork, orang-orang hebat pun bisa jalan sendiri-sendiri tanpa koordinasi. Organisasi yang berkelanjutan sukses adalah yang diisi oleh orang-orang berkompeten tinggi dan berjiwa tim. Sebagai mahasiswa yang kelak akan terjun ke dunia kerja, saya mengambil pelajaran ini dalam keseharian, misalnya aktif mengasah kemampuan hard skill di kelas, sembari terus belajar berorganisasi, berkolaborasi dalam kepanitiaan, dan mengerjakan proyek kelompok dengan serius.

Popular posts from this blog

10 Teknik Berbicara di Depan Umum agar Tampil Percaya Diri dan Meyakinkan